Client Side Scripting adalah salah satu jenis bahasa pemrograman web yang proses pengolahannya dilakukan disisi client. Proses pengolahan Client Side Scripting dilakukan oleh web browser sebagai client-nya. Di dalam web browser terdapat library yang mampu menerjemahkan semua perintah di halaman web yang menggunakan client side scripting. Library ini secara teknis disebut sebagai web engine. Masing-masing web browser memiliki web engine yang berbeda. Itulah mengapa script yang sama dapat ditampilkan dengan layout berbeda-beda di web browser yang berbeda, karena masing-masing web engine menggunakan metode penerjemahan yang sedikit berbeda. Untuk menghindari hal tersebut maka gunakanlah web browser yang telah mengikuti standar dan telah disertifikasi oleh world wide web consortium (W3C). Selain itu gunakanlah style penulisan perintah client side scripting yang standar sesuai dengan W3C. Misal untuk penulisan HTML gunakanlah style penulisan Extensible HyperText Markup Language (XHTML) yang sudah menjadi standar internasioal. Berikut adalah contoh-contoh client side scripting : HyperText Markup Language (HTML), Extensible HyperText Markup Language (XHTML), Cascading Style Sheet (CSS), JavaScript, Extensible Markup Language (XML) (Arief 2011).
1. Cara Kerja Client Side Scripting
Berikut adalah cara kerja client side scripting (Arief 2011) :
a. Client/user melakukan request untuk mengakses sebuah dokumen web (contoh: http://localhost/index.htm) melalui web browser yang ada dikomputernya. Request user tersebut akan dicari di web server, tempat dokumen web tersebut tersimpan. Lokasi web server mungkin saja berada di internet atau di komputer lokal (localhost). Secara lojik pencariannya dengan cara memanggil domain/URL dari web server tersebut.
b. Jika web server tempat dokumen tersebut tersimpan sudah ditemukan, maka web server akan melakukan pengecekan terhadap dokumen web yang di request oleh user. Jika dokumen tersebut di dalamnya berisikan client side scripting maka web server tidak akan melakukan pemrosesan apapun terhadap dokumen web tersebut. Dokumen web tersebut langsung dikembalikan ke client dalam format halaman HTML, untuk selanjutnya di proses di sisi client (web browser).
c. Dokumen tersebut diterjemahkan oleh client/web browser. Komponen yang berfungsi menerjemahkannya adalah komponen script interpreter yang biasa juga disebut web engine.
d. Hasil pemroses dokumen tersebut adalah berbentuk halaman web dalam format HTML.
e. Halaman web yang telah selesai diproses akan dikembalikan kembali ke client dalam format halaman HTML yang dapat dilihat di halaman utama web browser. Halaman web dalam format HTML.
Kesimpulannya adalah pada client side scripting pemrosesannya dilakukan di sisi client yang dalam hal ini komponen client-nya adalah web browser dan komponen servernya adalah web server. Konsep client-server di sini tidak harus dipisahkan secara fisik, yaitu harus ada komputer client dan harus ada komputer server yang terpisah dan dihubungkan melalui jaringan. Mungkin saja client-servernya adalah secara lojik, yaitu komponen client (web browser) dan server (web server) berada di satu komputer yang sama (localhost). Prosesnya terpisah secara lojik tetapi fisiknya berada dalam satu mesin/komputer yang sama.
2. Kelebihan Client Side Scripting
Berikut beberapa kelebihan jika menggunakan Client Side Scripting (Arief 2011) :
a. Mudah untuk dipelajari dan digunakan, artinya untuk mempelajari client side scripting cukup mudah.
b. Tidak membutuhkan pengetahuan pemrograman yang tinggi atau pengalaman pemrograman yang cukup ahli.
c. Perubahan dan pemrosesan kode programnya lebih cepat karena dilakukan langsung di sisi client/komputer host tanpa perlu melakukan proses di sisi server melalui jaringan internet. Artinya kode sumber tersebut tidak perlu dikirim ke server melalui jaringan internet untuk diproses cukup dilakukan di browser yang terinstall di komputer client. Tentunya hal ini dapat terjadi jika spesifikasi komputer host cukup tinggi untuk melakukan pemrosesannya karena semua kode sumber akan diproses menggunakan sumber daya yang ada di komputer host.
d. Mampu menampilkan layout dan desain halaman web yang lebih interaktif dan user friendly. User dapat berinteraksi dengan halaman web melalui form isian yang disediakan.
3. Kelemahan Client Side Scripting
Berikut beberapa kelemahan jika menggunakan Client Side Scripting (Arief 2011) :
a. Kode programnya dapat dilihat melalui browser, sehingga dapat dikatakan tidak aman jika konteksnya adalah ingin melindungi kode sumbernya dari pihak lain. Melalui menu view page source yang ada di browser, maka user dapat melihat kode sumber dari dokumen web tersebut di internet.
b. Karena pemrosesannya dilakukan di sisi client/komputer host maka semua sumber daya yang ada di komputer host tersebut (memory, CPU usage) akan digunakan secara maksimal. Hal ini mengakibatkan client side scripting sangat tergantung pada spesifikasi komputer host (machine dependent). Maksudnya, jika spesifikasi komputer host rendah (memory, CPU, storage media) maka dokumen web yang menggunakan client side scripting akan lambat diproses. Sebaliknya, jika spesifikasi komputer host tinggi maka pemrosesan dokumen webnya akan cepat.
c. Masalah kompatibilitas web browser menjadi isu yang perlu diperhatikan. Karena beberapa web browser menggunakan web engine yang berbeda maka ada kemungkinan client side scripting akan diterjemahkan berbeda oleh masing-masing web browser tersebut. Jadi, sangat disarankan agar dokumen web yang dibuat menggunakan client side scripting diuji coba lebih dulu di web browser yang populer.
d. Minim fitur untuk pengaksesan ke sumber daya komputer. Misalkan untuk menulis ke sebuah file di komputer, membaca isi file, membuat file/direktori di harddisk komputer, dan mengakses port-port di komputer tidak dapat dilakukan oleh client side scripting.
Bibliography :
Arief, M.R., 2011. Pemrograman Web Dinamis menggunakan PHP dan MySQL G. K, ed., Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Comments
Post a Comment